Minggu, 18 Januari 2015

METODE PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN



Metode Pendidikan Kepramukaan
Secara terminology metode berasal dari bahasa Yunani, yaitu “Metha” dan Hodos”. Metha berarti melalui atau melewati dan Hodos berarti jalan atau cara. Metode berarti jalan atau cara harus dilallui untuk mencapai tujuan tertentu.[1]
Metode dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud atau cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan tertentu.[2]
Athiyah al-Abrasy yang dikutip oleh Jalaluddin Dan Usman Said mengemukakan bahwa metode adalah jalan yang kita ikuti untuk memberikan paham kepada murid-murid dalam segala macam pelajaran. Metode adalah rencana yang kita buat untuk diri kita sebelum kita memasuki kelas dan kita terapkan dalam kelas selama kita mengajar dalam kelas itu.[3]
Barang kali masih banyak definisi-definisi tentang metode pendidikan yang dikemukakan para ahli pendidikan, namun yang penting kita tangkap adalah makna pokok yang terkandung dalam pengertian metode itu sendiri. Makna pokok itu adalah :
a.    Metode pendidikan adalah cara yang digunakan untuk menjelaskan materi pendidikan kepada anak didik.
b.    Cara yang digunakan adalah cara yang tepat guna untuk menyampaikan materi pendidikan tertentu dalam kondisi tertentu.
c.    Melalui cara itu diharapkan materi yang disampaikan mampu memberikan kesan yang mendalam pada diri anak didik.[4]

Mengacu pada kepentingan tersebut, metode paling tidak harus disesuaikan dengan materi, kondisi, dan keadaan anak didik. Karena itu metode yang digunakan dapat bervariasi sesuai dengan materi dan kondisinya.
Metode kepramukaan adalah cara melakukan pendidikan watak kepada peserta didik melalui kegiatan kepramukaan yang menarik, menyenangkan, dan menantang yang disesuaikan dengan kondisi dan kegiatan peserta didik.[5]
Metode kepramukaan merupakan cara belajar progresif melalui:[6]
a.    Pengamalan kode kehormatan
b.    Sistem kelompok
c.    Belajar sambil melakukan
d.   Sistem tanda kecakapan
e.    Sistem among.
f.     Sistem satuan terpisah untuk putera dan puteri
g.    Kegiatan di alam terbuka
h.    Kegiatan menarik

Metode kepramukaan merupakan suatu sistem yang terdiri atas 8 unsur yang merupakan sub system terpadu dan terkait. Setiap unsurnya mempunyai pendidikan yang spesifik dan saling memperkuat serta menunjang tercapainya tujuan pendidikan Gerakan Pramuka. Metode kepramukaan itu efektif dan efisien apabila kedelapan unsur tersebut diterapkan terpadu dalam setiap kegiatan dan setiap unsur ada, berfungsi dan saling memperluas.
1.    Pengamalan Kode Kehormatan
Kode kehormatan adalah suatu norma/ukuran kesadaran mengenai akhlak (Budi Pekerti) yang tersimpan di dalam hati seseorang akibat karena orang tersebut tahu akan harga diri nya. Sedangkan kode kehormatan pramuka ialah suatu norma dalam kehidupan pramuka yang merupakan ukuran atau standar tingkah laku masyarakat.[7]
Kode kehormatan pramuka bagi peserta didik di sesuaikan dengan usia dan perkembangan rohani dan jasmani peserta didik, yaitu :
a.    Kode kehormatan bagi pramuka siaga (Usia 7 – 10 tahun)
1.    Dwi Satya pramuka siaga
Demi kehormatan ku aku berjanji akan bersungguh-sungguh :
a)   Menjalankan kewajibanku terhadap Tuhan, Negara kesatuan republik Indonesia dan mengikuti tatakrama keluarga.
b)   Setiap hari berbuat kebajikan
2.    Dwi Darma pramuka siaga
a)   Siaga berbakti pada ayah dan bundanya.
b)   Siaga berani dan tidak putus asa.
b.    Kode Kehormatan pramuka penggalang (11 – 15 tahun) [8]
1.    Tri Satya
Demi kehormatan ku aku berjanji akan bersungguh-sungguh :
a)   Menjalankan kewajibanku terhadap Tuhan, Negara kesatuan Republik Indonesia dan mengamalkan Pancasila.
b)   Menolong sesama hidup dan mempersiapkan diri membangun masyarakat
c)   Menetapi Dasa Darma.
2.    Dasa Darma
a)   Takwa kepada Tuhan Yang  Maha Esa
b)   Cinta alam dan kasih sayang sesama manusia
c)   Patriot yang sopan dan kesatria
d)  Patuh dan suka bermusyawara
e)   Rela menolong dan tabah
f)    Rajin, terampil dan berbahagia
g)   Hemat, cermat dan bersahaja
h)   Disiplin, berani dan setia
i)     Bertanggung jawab dan dapat dipercaya
j)     Suci dalam pikiran, perkataan dan perbuatan.
c.    Kode kehormatan pramuka penegak (usia 16 – 20 Tahun), pandega ( Usia 21 – 25 tahun), dan anggota dewasa (di atas usia 25 tahun).
1.    Try Satya[9]
Demi kehormatan ku aku berjanji akan bersungguh-sungguh :
a)   Menjalankan kewajibanku terhadap Tuhan, Negara kesatuan Republik Indonesia, dan mengamalkan Pancasila.
b)   Menolong sesama hidup, dan ikut serta membangun masyarakat.
c)   Menepati dasa darma.
2.    Dasa Darma Anggota Pramuka Penegak, Pandega dan Anggota dewasa sama dengan Dasa Dharma Pramuka Penggalang.
Dalam menerapkan metode ini tidak di bangun atas dasar lain, kecuali atas dasar kesukarelaan. Karena dengan begitu akan menimbulkan rasa tanggung jawab langsung terhadap ketinggian budi pekerti. Untuk itu, dalam menanamkan kode kehormatan, pembinanya hendaklah dapat memberikan pengertian melalui pertimbangan akal, memberikan motivasi anggota pramuka untuk pelaksanaannya.
Kode kehormatan merupakan unsur sentral metode kepramukaan, juga sebagai alat pendidikan. Unsur sentral dalam metode kepramukaan maksudnya adalah bahwa kode kehormatan berfungsi sebagai pengendali penerapan unsur-unsur lain dalam kegiatan peserta didik. Sikap dan tingkah laku peserta didik terbina selama proses pendidikan denga mengikuti kegiatan. Dengan demikian sasaran pemantapan moral tercapai melalui proses pendidikan praktis yang berkesianmbungan.
Sebagai alat pendidikan penerapan kode kehormatan dalam metode kepramukaan pada hakekatnya merupakan cara blajar sambil melakukan, dalam rangka pengalaman sekaligus pengalaman kode kehormatan. Seperti dalam latihan-latihan rutin dan kegiatan-kegiatan kepramukaan, nmilai-nilai try satya dan dasa darma pramuka harus selalu mewarnai setiap rangkaian kegiatan tersebut, sehing peserta  didik dapat belajar sekaligus mengamalkan apa yang ada dalam kode kehormatan.
2.    Sistem Kelompok
Dalam melaksanakan proses pendidikan kepramukaan, Gerakan Pramuka menghimpun anggotanya dalam Gugus Depan dan kwartir-kwartir. Gugus Depan sebagi satuan dari Gerakan Pramuka merupakan wadah untuk menghimpun dan membina peserta didik, sesuai dengan golongan usia dan jenis kelamin.[10] Hal ini bertujuan untuk memudahkan pengelolaan dan menyelenggarakan kepramukaan dalam mencapai tujuannya.
Gugusdepan terdiri atas satu perindukan siaga, satu perindukan penggalang, satu ambalan penegak, dan satu racana pandega.
a.    Satu perindukan siaga dibagi menjadi beberapa satuan atau kelompok terkecil dengan nama Barung. Setiap Barung  terdiri atas 5 – 10 orang pramuka yang berusia 7-10 Tahun.
b.    Satu pasukan penggalang, terbagi atas beberapa kelompok terkecil dengan nama Regu. Setiap Regu terdiri atas 5 – 10 orang pramuka berusia 11-15  tahun.
c.    Satu ambalan penegak terdiri atas beberapa Sangga, dalam Sangga terdiri atas 5 – 10 orang pramuka yang berusia 16-20 tahun.
d.   Satu Racana terdiri dari beberapa orang, paling banyak 40 orang pramuka berusia 21-25 tahun.
Satu Gugusdepan dimungkinkan hanya terdiri dari satu golongan peserta didik, karena situasi dan kondisi, misalnya hanya ada satu perindukan siaga saja, atau ambalan penegak saja. Anggota pramuka putera dan pramuka puteri dihimpun dalam Gugusdepan yang terpisah, biasanya nomor Gugusdepan berurutan untuk putera nomor genap dan untuk puteri nomor ganjil.
Sistem berkelompok harus dilaksanakan dalam Gerakan Pramuka supaya peserta didik memperoleh kesempatan untuk belajar memimpin dan dipimpin, belajar mengurus dan mengorganisir, belajar memikul tanggung jawab, mengatur sendiri, menyesuaikan diri, dan bekerja sama dalam satu kerukunan atau kelompok, tentunya dalam bimbingan orang dewasa, dalam hal ini adalah Pembina.
Kelompok dalam istilah penggalang dikenal dengan regu, menurut Baden Powell adalah tempat pendidikan karakter untuk perseorangan.[11] Pemimpin regu mendapat kesempatan untuk mengembangkan kepemimpinan, dan anggotanya mendapat latihan mengabdikan kepentingan untuk membentuk “Jiwa kesatuan” dalam kerja sama persahabatan.
Sebuah analisis penelitian yang dikemukakan Belmutter dan De Montmouin yang dikutip oleh Ivor. K. Davies, bahwa dalam kelompok siswa-siswa belajar lebih cepat, dari pengalaman kelompok sering berlaih kepada anggota-anggota kelompok. Sehingga mereka bekerja lebih efektif sekembali keperkejaan mereka msing-masing.[12]
Dengan sistem berkelompok tugas Pembina pramuka akan lebih mudah, para pamuka dapat bergerak secara praktis, efisien dan efektif. Oleh karena itu pendidikan kepramukaan itu bukan pendidikan massal tetapi pendidikan individual, dengan begitu sistem kelompok akan intensif. Pembina akan lebih mudah memahami dan menghayati setiap pribadi peserta didik.
3.    Belajar Sambil Melakukan
Skinner berpendapat yang dikutip oleh Muhibinsyah bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi (penyesuaian tingkah laku) yang berlangsung secara progresif. Proses adapatasi  dapat menghasilkan hasil yang optimal apabila ia diberi penguat (reinforce).[13] Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Artinya belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan, jadi merupakan prosedur atau langkah-langkah yang di tempuh.[14] Proses belajar terutama mengajarkan hal-hal yang sebenarnya, belajar apa yang diperbuat dan mengerjakan dan mengerjakan apa yang dipelajari.
Gerakan pramuka dalam rangka pembentukan watak menggunakan metode belajar sambil melakukan sebagai salah satu unsur metode kepramukaan. Hal ini dimaksud kan untuk memberi kesempatan kepada peserta didik dalam setiap kegiatan untuk berkreasi, berinovasi, berpraktek, sebagai cara membantu peserta didik mengembangkan diri secara mandiri, baik mental, fisik, intelektual, emosional, maupun sosial. Belajar melalui praktek atau mengalami secara langsung akan lebih efektif mampu membina sikap, keterampilan dan cara berpikir kritis.
Piaget yang dikutip oleh Sardiman menerangkan bahwa seorang anak itu berpikir sepanjang ia berbuat. Tanpa perbuatan berate ia tidak berpikir.[15] Oleh karena itu, agar anak berpikir sendiri maka harus diberi kesempatan untuk berbuat sendiri. Berpikir pada tahap verbal akan timbul setelah anak itu berpikir pada tahap perbuatan. Anak-anak dan kaum muda secara alamiah berkeinginan untuk melakukan hal-hl yang menantang dan menarik, melalui kepramukaan mereka diberi kesempatan untuk belajar sambil melakukan dalam berbagai kegiatan kepramukaan. Seperti perkemahan, heking, sholat berjama’ah, pertolongan pertama gawat darurat, penghijauan dan sebagainya. Hal ini sangat membantu memberdayakan potensi peserta didik berperan sebagai pelaku bukan sebagai penonton.
4.    Sistem Tanda Kecakapan
Idik Sulaeman mendefinisikan bahwa tanda kecakapan adalah suatu simbol atau lambang tertentu yang membedakan dirinya dengan orang lain.[16] Manusia biasanya senang memiliki lambang, tertentu yang membedakan dirinya dengan orang lain. Tanda dan lencana yang menarik akan merangsang dan memotivasi peserta didik agar mau berusaha untuk mencapai kecakapan dan kemahiran tertentu.
Seperti yang dikemukakan Maslow yang dikutip oleh Oemar Hamalik bahwa salah satu kebutuhan psikologis murid adalah kebutuhan akan dihargai, yaitu keinginan seseorang untuk penilaian yang baik dari orang lain, ingin dihormati merasa mampu, percaya akan kemampuannya menghadapi dunia.[17]
Dengan menyandang tanda kecakapan, peserta didik akan merasa bangga akan jerih payahnya,sekaligus lebih bertanggung jawab, bahwa ternyata ia lebih memikul beban yang lebih berat lagi dari kecakapan yang diperolehnya.
Tanda kecakapan yang dimiliki peserta didik haruslah terjamin bahwa tanda kecakapan itu dapat dipertanggung jawabkan, oleh karena itu perlu adanya proses ujian. Dan harus diingat bahwa proses ujian sangatlah informal dan dirasakan menarik, menyenangkan dan meningkatkan pengetahuan dan pengalaman peserta didik.
Ujian syarat-syarat kecakapan harus dilaksanakan perseorangan satu demi satu, tidak secara berkelompok. Mungkin ada ujian yang harus dilaksanakan secara berkelompok, misalnya diskusi. Tetapi penilaiannya tetap dilakukan perseorangan. Kalau ditelaah ternyata metode ini dapat dikatakan suatu bentuk penghargaan dan motivasi kepada peserta didik yang berprestasi.
5.    Sistem Among
Among adalah kata yang berasal dari bahsa Jawa Kuno, yang berarti asuhan dan pemeliharaan dengan suka cita, dengan memberikan kebebasan anak asuhan itu untuk bergerak menurut kemauannya, berkembang menurut kemampuannya.[18]
Sikap among atau berprilaku among menurut Ki Suratman mengandung makna membantu memelihara suasana, menciptakan iklim yang kondusif, disertai rasa tanggung jawab, pengabdian, kerelaan berkorban yang dilandasi kasih sayang dan peri kemanusiaan.[19]
Sistem among adalah sistem pendidikan yang berjiwa kekeluargaan, dan bersendikan pada dua dasar yaitu kodrat alam dan kemerdekaan.[20] Berjiwa kekeluargaan artinya bahwa manusia sebagai makhluk Tuhan yang bereaksistensi sebagai individu juga makhluk sosial, mempunyai hak dan kewajiban sebagai tanggung jawab terhadap terwujudnya kedamaian dalam kehidupan bersama. Rasa kekeluargaan ini akan melahirkan jiwa kebersamaan dan solidaritas sosial sesama anggota pramuka.
Untuk melaksanakan sistem among, Pembina pramuka wajib melaksanakan prinsip-prinsip kepemimpinan sebagai berikut :
1.   Ing ngarsa sung tuludan, maksudnya di depan menjadi teladan
2.   Ing madya mangun karsa, maksudnya ditengah-tengah Pembina membangun kemauan.
3.   Tut wuri handayani, maksudnya dari belakang Pembina memberi daya/kekuatan atau dorongan dan pengaruh yang baik kea rah kemandirian.[21]

Dalam penerapannya, seorang Pembina harus mampu melaksanakan ketiga prinsip tersebut secara terpadu, tidak terpisah-pisah. Pembina dituntut agar dapat menempatkan posisi dimana ia harus berbuat, adakalanya ia harus hanya memberikan contoh di depan secara nyata, adakalanya juga seorang Pembina hanya memberikan dorongan dan motivasi dari “belakang”, atau adakalanya juga bersama-sama dengan peserta didik dalam melaksanakan suatu kegiatan. Tergantung pada posisi mana ia menempatkan dirinya. Hal ini juga dipengaruhi oleh faktor golongan dari peserta didik itu sendiri.
Pembina adalah panutan dan figur sentral (teladan) bagi peserta didiknya. Apakah cara berpakaian, tutur kata, kedisiplinan, keterampilan dan ketertiban serta sopan santun. Yang pasti sosok Pembina dapat merupakan idola bagi peserta didiknya, jika ia mampu berperan sebagai seorang pamong yang bisa menampilkan keutuhan prilaku sebagai pramuka sejati.
6.    Sistem Satuan Terpisah Putera dan Puteri
Sistem satuan terpisah untuk putera dan puteri, berangkata dari budaya bangsa Indonesia yang sarat dengan norma dan aturan dalam tata pergaulan antara laki-laki dan perempuan. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam pendidikan kepramukaan sangat memperhatikan perbedaan individual peserta didik, baik dari segi fisik maupun psikis. Satuan terpisah ini dilakukan atas batasan yang sangat pasti yaitu perbedaan jenis kelamin, kegiatan kepramukaan disesuaikan dengan kemampuan dan kodrat peserta didik, juga kultur masyarakat.
Satuan terpisah dimaksudkan agar dalam proses pendidikan kepramukaan dapat dilakukan secara efektif, sehingga memudahkan dalam pencapaian tujuan dan sasarannya.
            Pada pelaksanaan satuan terpisah, maka satuan pramuka puteri dibina oleh Pembina puteri, dan satuan pramuka putera dibina oleh Pembina putera. Tidak dibenarkan satuan pramuka puteri dibina oleh Pembina pramuka putera atau sebaliknya. kecuali pada perindukan siaga, siaga putera dapat dibina Pembina puteri.
Bahkan dalam Gugusdepan pun, baik pramuka putera atau pramuka puteri mempunyai Gugusdepan sendiri-sendiri. Jika dalam kegiatan, apalagi perkemahan harus dijamin bahwa agar perkemahan putera dan puteri diletakkan terpisah.
7.    Kegiatan di Alam Terbuka
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa setiap metode dalam kepramukaan mempunyai hubungan satu sama lain yang saling menguatkan. Salah satu bentuk metode dalam melaksanakan pendidikan kepramukaan adalah kegiatan yang dilakukan di alam terbuka.
Alam yang dimaksudkan adalah hutan dan rimba, lautan, gunung dan pegunungan, sungai, padang rumput, padang pasir, berbagai tumbuhan dan binatang. Bukan sekedar halaman rumah, sekolah dan tempat bermain.[22] Alam seisinya dilihat dari sudut pendidikan merupakan referensi yang sangat kaya dan sarat dengan materi pendidikan. Karena itu Baden Powell menyebutnya “buku alam” (Nature book), ialah buku yang diciptakan Tuhan Yang Maha Esa yang bernilai tinggi, harga nya murah, praktis, tidak ada tamatnya, sangat efektif bagi proses pendidikan kaum muda.[23]
Alam itu penuh dengan berbagai kemungkinan yang sangat bermanfaat bagi pembinaan peserta didik melalui berbagai cara dalam alam. Jarak, angina, dingin, panas, hujan, kering, dan gelap merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari seseorang, tetapi kita harus menyesuaikan diri berusaha  untuk mengatasi hal tersebut, inilah tantangan.
Survival, penjelajahan, penelitian dan observasi, pengembaraan dan perkemahan, mendorong peserta didik untuk selalu intropeksi diri hingga menyadari tantangan diri pribadinya yang berkaitan dengan prinsip dasar kepramukaan dan kode kehormatan pramuka, kemampuan fisik, mental dan emosionalnya.
Kegiatan dialam terbuka memberikan pengalaman adanya saling ketergantungan antara unsur-unsur alam. Sehingga dapat mengembangkan sikap menghormati keseimbangan alam dan menjaga kelestariannya. Hal ini juga merupakan upaya efektif mendekatkan diri kepada Allah, Pencipta alam semesta, selaras dengan Dasa Darma pertama dan kedua “Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan cinta alam dan kasih sayang sesama manusia”.
8.    Kegiatan Menarik
Kegiatan menantang dan progresif sebagai metode kepramukaan merupakan alat yang efektif dalam memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi dalam kegiatan. Pada hakekatnya peserta didik tidak hanya diperankan sebagai objek pendidikan, tetapi juga diperankan sebagai subyek. Dengan demikian peserta didik dapat lebih berperan aktif dalam setiap kegiatan kepramukaan. Pembina dapat berperan sebagai pendamping, pembimbing, dan fasilisator yang selalu memberikan motivasi dan stimulasi terhadap kegiatan peserta didik.
Untuk itu kegiatan yang menantang dan memikat peserta didik haruslah :
a.    Baru, yang  sebelumnya tidak ada, yang merupakan hasil inovasi.
b.    Dapat mengembangkan kreatifitas.
c.    Dapat mengembangkan keterampilan.
d.   Bermanfaat bagi peserta didik dan masyarakat.
Tentunya kegiatan tersebut harus selaras dengan perkembangan jiwa dan usia peserta didik. Disamping itu, harus dipertimbangkan nilai-nilai pendidikan dan keselamatan dalam pelaksanaan kegiatan tersebut. Karena setiap individu mempunyai perbedaan, baik segi horizontal yaitu aspek mental, seperti tingkat kecerdasan, abilitas, minat emosi dan lain-lain. Maupun perbedaan vertical yaitu aspek jasmaniah seperti ukuran badan, kekuatan, dan daya tahan tubuh.[24]
Dalam kaitannya dengan pendidikan seperti yang dikemukakan Kenneth H. Hower yang dikutip oleh Oemar Hamalik bahwa kegiatan-kegiatan yang dapat merangsang minat murid-murid yang kurang, tidak mungkin ada artinya (kurang berharga) bagi para peserta didik yang tergolong pandai. Hal ini disebabkan adanya perbedaan abilitas di kalangan peserta didik.[25] Untuk itu dalam proses pendidikan kepramukaan selalu disesuaikan dengan perkembangan rohani dan jasmani peserta didik, sehingga kegiatan tersebut lebih menarik dan diminati oleh peserta didik.
Sasaran dari metode ini adalah berkembangnya bakat dan minat peserta didik, serta memantapkan mental, fisik, intelektual, emosional dan sosial peserta didik.
Dari uraian metode-metode diatas, dapat diketahui bahwa metode pendidikan kepramukaan merupakan metode yang menyegarkan dan tidak monoton, hal ini terlihat dengan adanya aktivitas-aktivitas yang menantang dan menari, permainan dan persesuainnya dengan usia peserta didik. Sehingga proses pendidikan kepramukaan dapat lebih efektif dan efisien.
Tetapi metode yang dilakukan dalam pendidikan kepramukaan, menurut penulis tidak semuanya dapat dikatakan sebagai sebuah metode pendidikan. Karena kalau dianalisa ada beberapa metode yang dilakukan dalam pendidikan kepramukaan lebih tepat dikatakan sebuah prinsip yang menjadi landasan pendidikan kepramukaan. Seperti metode kegiatan di alam terbuka, pengamalan kode kehormatan, kegiatan yang menantang dan satuan terpisah putera dan puteri.
Metode-metode pendidikan kepramukaan, penulis melihat dapat dikategorikan metode yang berpusat pada guru dan berpusat peserta didik. Dalam hal ini belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan pendidik dan peserta didik atas hubungan timbal blik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan pendidikan. Interaksi dalam proses belajar mengajar ini mempunyai arti yang lebih luas yaitu tidak hanya sekedar hubungan antara Pembina dengan peserta didik, tetapi berupa interaksi edukatif. Seorang Pembina bukan hanya pemberi pelajaran, tetapi lebih dari itu, ia harus memahami sikap dan nilai pada diri siswa yang sedang belajar.
Dengan demikian pendidikan kepramukaan selain mencerdaskan masyarakat dengan memberikan bekal ilmu pengetahuan, tetapi juga yang utama adalah membina watak dan kepribadian menjadi masyarakat yang kreatif, inovatif dan mandiri sesuai dengan tujuan Gerakan Pramuka.



[1] Ramayulis, Ilmu pendidikan Islam, (Jakarta : Kalam Mulis, 1994). hlm. 77
[2] Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1997) hlm. 652
[3] Jalaluddin Dan Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1999), hlm. 53
[4] Ibid, hlm. 77
[5] Op. Cit., Kwartir Daerah Sum-Sel, hlm. 22
[6] Op. Cit. AD dan ART Gerakan Pramuka, hlm. 10
[7] Op. Cit.  Kwartir Daerah Sum-Sel, hlm 28
[8] Ibid, hlm 28
[9] Ibid, hlm 28
[10] Kwartir Cabang Kota Palembang, Pemahaman Tentang Pendidikan Kepramukaan, (Palembang : Lemcadika, 1998), hlm. 13
[11] Op. Cit. Baden Powell,  hlm 64
[12] Ivor K. Davies, Pengelolaan Belajar, (Jakarta : Rajawali Press, 1991), hlm. 237
[13] Muhibbinsyah, Psikologi Belajar, ( Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2003) hlm. 64
[14] Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar , ( Jakarta : Bumi Aksara, 2001) hlm. 27
[15] Sardiman, AM., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, ( Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2001), hlm 98
[16] Idik Sulaeman, Prinsip Dasar dan Metodik Pendidikan Kepramukaan Merupakan Landasan Pelaksanaan Kegiatan Kepramukaan dalam Proses Pendidikan, (Makalah disampaikan pada LPP daerah Sum-Sel, tanggal 14-18 desember 1998), hlm. 8
[17] Op. Cit. Oemar Hamalik, hlm. 96
[18] Jalaluddin, Kapita Selekta Pendidikan, (Jakarta : Kalam Mulia, 1990), hlm. 44
[19] Ki Suratman, Metode Pendidikan Taman Siswa Mendidik Anak Seutuhnya, (Materi Stadium General Ketamansiswaan Universitas Taman Siswa Palembang, 27 Februari 1988), hlm 6
[20] Ibid, hlm. 7
[21] Op.Cit,. AD dan ART Gerakan Pramuka, hlm. 21
[22] Kwartir Daerah Jakarta, Panduan Praktis Pembina Pramuka Penegak dalam Ambalan Penegak, (Jakarta : Lemdikada, 2000), hlm. 34
[23] Ibid.
[24] Op. Cit, Oemar Hamalik, hlm. 164
[25] Ibid. hlm. 165

Tidak ada komentar:

Posting Komentar